Mataram (ANTARA) - Pelaku wisata Teluk Ekas menyambut baik upaya Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat untuk memediasi pelaku wisata Lombok Timur dan Lombok Tengah guna mencari jalan keluar terbaik setelah viral video Bupati Lombok Timur meminta pemandu wisata dan wisatawan luar meninggalkan kawasan wisata di Teluk Ekas.
"Kami siap berunding dan berdiskusi dengan teman-teman Lombok Tengah yang difasilitasi oleh Pemerintah Provinsi NTB," kata Pelaku wisata Ekas, Jaya Kusuma melalui telepon dari Mataram, Sabtu.
Ia menilai upaya Pemprov NTB untuk membuka dialog antara pelaku wisata Lombok Tengah dan Lombok Timur menjadi langkah positif dalam membangun pariwisata di kedua wilayah.
"Ini langkah positif, tentu harus disambut dengan baik pula," ujarnya.
Ketua Komunitas Surfing Teluk Ekas, ini menegaskan pada hakekatnya mereka tidak melarang ada pemandu selancar dari luar datang membawa wisatawan berselancar di tempat itu. Hanya saja, jumlahnya perlu di atur, sehingga tidak berbenturan dengan mereka yang juga selama ini mencari nafkah sebagai pemandu selancar di tempat itu.
"Silahkan teman-teman dari Lombok Tengah membawa tamu, kami tidak keberatan tetapi perlu diatur supaya kita sama-sama enak, sehingga tidak ada gesekan," terang Jaya.
Meski demikian, menurut Eka, tindakan bupati bukanlah reaksi spontan tanpa alasan. Ia menyebut sudah bertahun-tahun masyarakat Ekas merasa tidak mendapatkan manfaat ekonomi yang adil dari aktivitas surfing di wilayah mereka. Pasalnya, semenjak kehadiran pemandu selancar dari luar, pendapatan pelaku wisata dan masyarakat setempat menjadi menurun. Lantaran banyak wisatawan yang tak lagi menginap di tempat itu.
Selain soal ekonomi, dirinya menyoroti soal keselamatan, karena sering terjadi tabrakan antara peselancar pemula dan tingkat menengah, karena jumlah tamu dalam satu kapal bisa mencapai 15-20 orang, sementara mayoritas masih awam.
"Wisatawan yang menginap di Ekas itu selalu mengalah. Tetapi sekali lagi kita nggak pernah melarang orang untuk main surfing. Kita cuma ingin ada kontribusi dan saling berbagi rezeki dengan damai, aman, dan nyaman," katanya.
Senada dengan itu, pelaku wisata Ekas lainnya, Ruth Seran mengaku mengapresiasi langkah cepat Pemprov NTB untuk tidak membiarkan polemik yang terjadi di tempat itu berlarut-larut.
"Pada dasarnya kita harus mencari jalan tengah atau solusi yang terbaik dari masalah ini. Jangan sampai berat sebelah, karena masalah ini bukan terjadi satu atau dua hari tapi sudah bertahun-tahun," ujarnya.
Ia membenarkan meski beraktivitas di tempat itu pelaku wisata dan masyarakat setempat merasa tidak mendapatkan manfaat ekonomi yang adil dari aktivitas surfing di wilayah mereka, lantaran kehadiran pemandu selancar dari luar yang datang ke tempat itu.
Keluhan utama ini datang dari masyarakat lokal yang merasa seperti termarginal, karena banyak tamu datang ke Teluk Ekas melalui jalur distribusi dari luar, namun tidak memberi kontribusi ekonomi bagi warga sekitar, termasuk pemandu lokal dan pemilik warung. Hal ini yang kemudian disampaikan saat rapat dengan Bupati Lombok Timur yang kemudian menegur para pemandu selancar luar untuk meninggalkan Ekas.
"Yang jadi keluhan itu bukan saja dari kami pelaku wisata, tetapi para warga lokal tidak mendapatkan kesempatan pendapatan dari kehadiran ombak di Ekas," ujarnya.
Menurutnya, sekitar 95 persen pendapatan pariwisata di Ekas bersumber dari aktivitas surfing. Namun para pelaku lokal, termasuk pemuda dan UMKM, kurang mendapatkan peluang ekonomi dari wilayahnya.
"Jadi teman-teman dari Awang Lombok Tengah datang bawa tamu, bawa bekal makanan sendiri melepas jangkarnya di tengah laut. Jadi sudah sampai di lokasi surfing, kami yang di wilayah terdekat malah nggak dapat apa-apa, kami seperti menjadi penonton di tempat kami sendiri" ujar Noy sapaan akrabnya.
Noy berharap pada pertemuan Senin pekan ini ada solusi terbaik dari persoalan ini sehingga mereka juga mendapatkan manfaat dari keberadaan destinasi wisata itu.
"Jadi kami sangat terbuka dengan kehadiran pelaku wisata lain, karena bicara pariwisata ini kita menjual keramahan, kalau ada masalah pasti wisatawan takut datang ke Ekas," katanya.

Pelaku wisata di Teluk Ekas sambut positif mediasi Pemprov NTB


Arsip - Pantai Kura-Kura atau Pantai Sungkun di Ekas, Lombok Timur. ANTARA