Jakarta (ANTARA) - PT Kimia Farma Tbk terus memperkuat posisinya sebagai pionir pemanfaatan sel punca (stem cell) dalam menghadapi tantangan besar di dunia kesehatan, khususnya penanganan penyakit degeneratif.
Direktur Portofolio, Produk dan Layanan Kimia Farma kata Jasmine Karsono mengatakan, terapi stem cell bukan sekadar menjadi alternatif pengobatan terkini, tetapi sebuah pendekatan regeneratif yang didukung oleh riset, bukti ilmiah dan pengalaman klinis.
"Kami percaya bahwa pengobatan ke depan tidak hanya berfokus untuk mengurangi gejala, tetapi bagaimana tubuh dapat pulih dengan optimal dengan memanfaatkan stem cell. Di sinilah stem cell berperan besar dan Kimia Farma ingin menjadi bagian dari perjalanan besar ini," ujar Jasmine dalam keterangan di Jakarta, Selasa.
Jasmine menyampaikan, tidak hanya meredakan gejala, stem cell bekerja dengan memperbaiki kerusakan di tingkat sel dan jaringan, sehingga memberikan potensi pemulihan jangka panjang.
Selama ini, terapi stem cell Kimia Farma yang bekerjasama dengan peneliti Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI) dan RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) telah digunakan untuk membantu pemulihan pasien dengan kondisi berat seperti pengapuran sendi, saraf kejepit (Hernia Nukleus Pulposus) dan cedera tulang belakang.
Dalam kasus pengapuran sendi, stem cell dapat merangsang pertumbuhan jaringan tulang rawan baru, sehingga membantu mengurangi nyeri akibat peradangan dan meningkatkan fungsi sendi.
Berdasarkan Dilogo et.al. (2020). Umbilical cord-derived mesenchymal stem cells for treating osteoarthritis of the knee: A single-arm, open-label study. European Journal of Orthopaedic Surgery & Traumatology*, telah dilakukan studi secara terbuka pada 29 pasien di RSCM Jakarta.
Hasil studi menunjukkan penggunaan injeksi stem cell berhasil memperbaiki fungsi regenerasi berupa pengurangan gejala osteoarthritis (OA) lutut dan meningkatkan kualitas hidup pasien dalam jangka enam bulan terapi.
Pengembangan stem cell Kimia Farma dengan RSCM dan FK UI dimulai sejak 2011 untuk kasus tulang sendi dan pada 2014 dilanjutkan uji klinis pada pasien osteoartritis lutut serta luka bakar dalam.
Upaya pengembangan diperluas dengan memperoleh izin operasional dari Kementerian Kesehatan pada tahun 2020 dan sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dari BPOM pada tahun 2024.
Jasmine menambahkan, bagi masyarakat yang tertarik menjalani terapi stem cell, Kimia Farma bersama RSCM menyediakan layanan di RSCM Kencana Stem Cell and Metabolites Clinic yang diawali dengan konsultasi oleh dokter.
Jika dinyatakan layak, pasien akan memperoleh jadwal tindakan stem cell sesuai prosedur medis yang berlaku. Semua kegiatan ini dilakukan oleh tenaga kesehatan profesional dan berpengalaman untuk memastikan keamanan serta efektivitas terapi.
Pada masa mendatang, lanjut Jasmine, terapi stem cell tidak hanya menjadi alternatif, tetapi justru bagian dari pilihan utama dalam pengobatan modern di Indonesia. Melalui inovasi tersebut, Kimia Farma berkomitmen akan terus berperan penting dalam membentuk kemandirian kesehatan Indonesia di bidang teknologi pengobatan berbasis biologis.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Kimia Farma manfaatkan teknologi Stem Cell untuk penyakit degeneratif