Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Arus Bawah Prabowo (ABP) Michael F. Umbas menilai kehadiran Presiden RI Prabowo Subianto dalam Forum Ekonomi Internasional St. Petersburg (SPIEF) di Rusia, menandai dimulainya babak baru tampilnya Indonesia sebagai aktor strategis.
"Momen itu seakan menandai dimulainya babak baru: Indonesia tampil sebagai aktor strategis, bukan sekadar pengikut dalam pusaran geopolitik global," kata Michael dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Senin.
Mantan Wakil Sekretaris Tim Kampanye Nasional (TmKN) Prabowo-Gibran itu memandang kehadiran Prabowo di Rusia bukanlah tanpa risiko di tengah ketegangan Blok Barat dan Timur.
"Namun ia memilih jalan yang berbeda: bukan netral pasif, melainkan aktif membangun poros diplomasi yang mandiri, berdiri di atas prinsip, bukan tekanan," ucapnya.
Dia juga menilai langkah Prabowo yang memilih hadir di SPIEF Tahun 2025 ketimbang menghadiri undangan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G7 di Kanada bukan sekadar etika protokoler, melainkan isyarat bahwa Indonesia mempunyai logika dan agenda sendiri dalam menentukan arah hubungannya dengan dunia.
"Prabowo juga secara terbuka menyampaikan alasan mengapa ia memilih hadir di Rusia ketimbang memenuhi undangan G7 di Kanada: 'Saya sudah berkomitmen kepada forum ini sebelumnya'," katanya.
Lebih lanjut, dia menilai hubungan Indonesia dan Rusia di bawah kepemimpinan Prabowo kembali berdenyut, bahkan kunjungan kenegaraan di sela SPIEF menghasilkan sejumlah kesepakatan konkret.
Mulai dari, kerja sama energi nuklir sipil, potensi pembangunan fasilitas peluncuran roket di Biak, hingga penguatan transfer teknologi pertahanan.
"Hubungan Indonesia dan Rusia memang bukan barang baru, namun selama bertahun-tahun relasi ini cenderung berjalan di bawah bayang-bayang tekanan sanksi dan geopolitik global," ujarnya.
Dia memandang pula kehadiran Prabowo di SPIEF Tahun 2025 pun disambut hangat Rusia, dengan lontaran pujian Putin terkait posisi Indonesia sebagai negara berdaulat dan rasional, yang menurutnya jarang dilontarkan ke negara-negara berkembang.
Meski dari latar belakang berbeda, dia menilai Prabowo dan Putin sama-sama memiliki pandangan bahwa kekuatan nasional tidak bisa dibangun dengan ketergantungan, tetapi mempercayai pada dunia multipolar yakni tatanan global di mana tidak ada satu kekuatan yang mendikte semuanya.
"Indonesia dengan sumber daya besar, posisi strategis, dan populasi muda, sangat potensial untuk menjadi jangkar stabilitas di Asia Tenggara, tapi itu hanya mungkin jika ia keluar dari bayang-bayang politik blok dan mulai merumuskan jalan tengah yang independen," tuturnya.
Meski demikian, dia mengingatkan agar tidak menimbulkan kecurigaan dari negara-negara Barat maka penting bagi Indonesia untuk mengedepankan transparansi dan komunikasi publik.
Hal itu, lanjut dia, untuk menjelaskan bahwa kerja sama yang dilakukan dengan Rusia bukanlah bentuk perlawanan terhadap siapa pun, melainkan wujud dari prinsip dasar politik luar negeri Indonesia “bebas ak"tif” yang kini dibarengi dengan kepercayaan diri.
Dia pun menggarisbawahi bahwa kunjungan Prabowo ke Rusia tidak hanya menjadi berita politik luar negeri, tetapi juga pesan dalam negeri bahwa Indonesia di bawah kepemimpinan barunya tidak lagi merasa kecil di mata dunia.
Ia siap berdialog dengan siapa pun, tapi tidak akan tunduk pada siapa pun. Ia menjadi simbol Garuda yang terbang tinggi melintasi benua Internasional dengan gagah berani," katanya.
Dia menekankan bahwa Indonesia tidak sedang memilih blok, tetapi memilih masa depan. Hal itu sebagaimana pesan yang digemakan Prabowo di SPIEF Tahun 2025, bahwa "Dunia sedang berubah, dan Indonesia tak lagi cukup hanya menjadi penonton. Kini saatnya ikut mengatur permainan".
"Dan masa depan itu hanya bisa dibangun jika bangsa ini percaya dir, diplomasi tanpa rasa inferior, kebijakan luar negeri tanpa ketergantungan, dan relasi internasional yang ditentukan dari Jakarta, bukan dari luar," ujarnya.
Dia menambahkan meski banyak pemimpin dunia yang hadir dalam forum SPIEF Tahun 2025, namun tidak banyak yang mendapatkan standing ovation seperti yang dialami Prabowo setelah menyampaikan pidato diplomatiknya yang lugas, yaitu “Kami ingin berteman dengan semua. Satu teman terlalu sedikit, satu musuh terlalu banyak."
"Melihat tepuk tangan dan standing ovation yang meriah di forum St. Petersburg, bangga rasanya memiliki pemimpin yang berani dan artikulatif seperti Presiden Prabowo. Well done Mr. President," kata Umbas.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: ABP: Prabowo di SPIEF tandai Indonesia tampil sebagai aktor strategis